Minggu, 13 Maret 2016

Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 2


Liburan ke Bandung

#2nd Days di Bandung Part 2 

Masih kelanjutan cerita saat aku berada di Kawah Putih. Aku pun segera meninggalkan tulisan kawah putih itu untuk melanjutkan tujuan utamaku yakni melihat kawah putih yang nyata, bukan hanya sekedar tulisan saja.  Tangga yang tersusun rapi dengan pagar ditengah yang membedakan arus turun dan naik, membuatku kian tak sabar menurunin setapak demi setapak tangga. Karena terkadang beberapa dari mereka mulai melakukan eksis ditangga. Ya sudahlah, sabar saja untuk bisa melalui semuanya itu.


Begitu berada di bawah “WOW” aku ingin teriak senyaring-nyaringnya, “FINALLY I AM HERE, I AM HERE, YOU KNOW!!!!” pasti beberapa kawan pada jealous melihatku berada di wilayah taburan “putih” yang berkabut. Meskipun kabut dan asap balerang membuat suasana terkesan mistik, membuatku semakin penasaran untuk melihatnya dari dekat dan pastinya sama seperti yang lain melakukan esksis berfoto dengan pemandangan dan selfie.

Hidup itu indah untuk tidak mengabadikan setiap moment. Karena setiap moment itu sangat berharga untuk dilewatkan tanpa adanya kenangan yang menyatakan kebenaran bahwa aku telah menginjakan kaki disini dan foto ini bukan hasil editan booooo….. Tapi beneran! Benar-benar datang seorang diri, tanpa rasa takut dan penyesalan karena perjalanan yang jauh.

Banyak yang menawarkan mengambil foto langsung jadi di aera yang diselemuti kabut putih yang menambah suasana yang terkesan misterius. Mereka menawarkan dengan “sedikit” memaksa. Namun dengan kukuh tetap menolak dengan lembut dan baik hati, serta dibumbuin senyuman manis. Idih, yang ada malah menjadi-jadi tiada tara, pindah dah lokasi ke satu sisinya.


Walaupun hujan turunnya malu-malu, tidak ada satu pun yang gentar untuk tidak bertahan lama di Kawah Putih, banyak manusia eksis baik muda maupun tua, semua berlebur menjadi satu dengan nuansa dan aroma style yang berbeda. Seru dan menarik untuk dilihat dari kejauhan. Asyik melihat gaya-gaya esksis yang berbeda, ada yang jump-jump berlagak menjadi kanguru atau sekedar action “mesra” dengan sang pujangga hati.

Banyak hal yang bisa diamatin selain tentu saja memandang kabut yang kian menebal di tambah asap balerang yang mengepul ke atas. Selain itu warna danau disekeliling yang berwarna kehijauan dan perpohonan yang hanya menyisakan batang dan ranting tanpa dedaunan yang menghias tiap pohon yang ada disekeliling kawah.

Ditambah nuansa gunung yang mengelilingi kawah membuat suasana dan sensasi pemandangan yang berbeda, dengan deburan debu diantara bebatuan. Sungguh pesona mata yang menakjubkan.


Tidak terasa dan tidak disangka jam pun telah berlalu dengan cepat, hampir satu jam berada di bawah kawah putih. Tiada bosan mata memandang dan menikmatin itu semua. Sebelum berlalu meninggalkan tempat yang mencuri space di hatiku. Seorang menawarkan kembali foto sekali jadi. Dia menawarkan mengambil foto beberapa dan juga bersedia mengambil foto melalui ponsel.

Tentu saja, pada akhirnya tawaran dasyat itu aku terima. Walaupun tongsis juga sudah beraksi. Tidak ada salahnya, hanya mengeluarkan uang sepuluh ribu untuk bisa mendapatkan “tukang foto private dadakan”. Ya sudah lah, mengambil beberapa action dan aku pun juga memilih satu foto yang aku suka banget. Gaya-nya keren, wajah dapat dan lagi pegang tongsis. Tetapi pada saat aku masih mengambil beberapa foto untuk dokumen pribadi yang selfie, ma situ salah ngecetak.

Aku rasa memang sengaja, taktik dagang supaya aku mengambil dua photo, dengan sengaja salah mengeprint foto tersebut. Sumpah kalau aku tidak sedang berbaik hati, tuh foto tidak bakalan aku ambil. Padahal photo yang kumau itu jelas-jelas tertanda di camera pocketnya. Karena begitu dibuka di memori cameranya, itu photo berada di urutan pertama. Karena geram, aku tidak mau mengeprintnya, sekarang menyesal. Karena tuh foto pas banget tuk masuk ke background diaryku.


Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 1, pertanda perjalanan memuaskan mata harus segera diakhiri. Niatan hati untuk melanjutkan ke Situ Patenggang yang tidak seberapa jauh dari lokasi Kawah Putih. Namun awan makin mengulung-gulung dengan warna hitam pekat yang membuatku tetap berkomat-kamit, saat duduk manis di ontang-anting. Jangan hujan donk, please!  Bisa berabe kalau hujan semua ponsel bisa basah. Karena lupa membawa plastic untuk menyimpan benda elektronik dari “duka-nya” langit.  


Saat keluar menuju tempat menunggunya ontang-anting untuk kembali membawa diriku eh penumpang lain juga berada di tempat penjualan loket Kawah Putih, sudah ada beberapa yang duduk di mobil yang mirip kalau kita hendak berwisata di kebun binatang, tetapi warnanya berwarna orange nyentrik. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk membuat mobil ini berjalan, pasalnya pak supir tidak mau “rugi”, satu tempat duduk harus diisikan empat orang, dan kalau tidak salah ingat, karena memang tidak dihitung ada sekitar empat bangku berderet.

Namun, syukurlah tidak perlu menunggu lama, karena mobil pun mulai meninggalkan area kawasan itu. Mobil itu pun berjalan membuat hawa dingin semakin terasa, pemandangan hamparan pepohonan yang basah tertimpa rintikan hujan membawa nuansa yang berbeda. Kala matahari enggan menyerang dengan ganasnya sinar terangnya yang bisa menjadikan tempat itu gersang dan panas tergantikan dengan rintikan hujan, sejuk hawa ini terasa di badan dan hati.

Damai, perjalanan seorang diri benar-benar membawa suasana berbeda, meskipun aku juga sering berpergian seorang diri, tetapi itu sebatas urusan pekerjaan dan bukan untuk plesiran seorang diri.


Berada di bawah tentunya perut sudah mulai menyanyikan lagu secara serentak. Tidak perlu kuatir perutku, karena banyak yang jualan makanan yang ditawarkan, harganya juga masih bisa dirogoh pakai kantong yang tidak perlu terlalu dalam. Makanan standar tentunya yang ditawarkan, tetapi kalau dingin-dingin berada di alam, aroma jagung bakar memang mantap. Turun saja sedikit, di gerbang pintu masuk kawah putih. Disitu ada yang jual jagung bakar. Sambil nunggu angkot, bisa sambil makan jagung bakar yang yummy….

Ingin beli oleh-oleh? Bisa, di situ juga tersedia berbagai penjual oleh-oleh, terutama oleh-oleh makanan, dari buah yang fresh hingga yang sudah dibuat manisan. Aku membeli manisan dan buah strawberry untuk dimakan seorang diri tentunya :p Ternyata menunggu angkot yang berwarna kuning itu sangat lama.

Jadi harap bersabar, niatan hati sudah bulat ke Situ Patenggang tetapi cuaca tidak mendukung dan angkutan yang pertama yang terlihat adalah angkutan yang kearah terminal. Jadilah aku naik, angkutan tersebut yang penuh dengan berbagai barang dagangan dan juga perlengkapan kebun dari penumpang angkot tersebut.

Mobil dengan gesitnya eh supirnya gih memainkan setiran yang turunan yang terkesan “wew” mesti hati-hati, bisa dilalui. Sepanjang mata memandang banyak tempat yang bisa aku singgahi terlebih dahulu, tetapi badan sudah terasa capek dan lelah. Apalagi cuaca yang benar-benar tidak bersabahat Cuma bisa membuatku memandang mereka sekilas dan berharap suatu saat nanti, aku bisa menghampiri setiap tempat yang ditawarkan.

Tidak lama berselang mobil pun akhirnya memasukin terminal. Lagi-lagi, nasib baik menungguku. Pasalnya, sudah ada mobil elf yang sudah nongkrong dan hampir penuh. Alhasil, karena aku datang terakhir, aku mendapatkan tempat duduk paling belakang. Tak apalah, daripada menanti lama. Mmmm masih jam 2an, sampai ke terminal Luewi Panjang diperkirakan jam 3an. Masih bisa mampir ke tempat sepatu yang terkenal itu di lokasi Bandung Utara.

Namun kembali lagi niatan itu diurungkan, karena begitu tiba lagi-lagi hujan dan apalagi ibu-ibu yang duduk disebelahku menawarkan bareng naik bis kota, kenapa tidak. Harga bis kota lebih murah dibanding naik angkot. Lagipula memang cuaca tidak mendukung aku untuk ke Cibaduyut melihat sepatu, plus aku memang tidak ada niatan membeli sepatu. Jadi, ya sudahlah.. Bus kota pun segera melaju dari area terminal, busnya memang lumayan besar dan harga jauh dekat di patok sama yakni Rp4000 sekali jalan.

Namanya bus kota, otomatis neh, banyak pengamen dan penjual. Di kota mana saja, dua hal ini tidak bisa dipungkiri untuk dihilangkan. Ironisnya, ini pengamennya anak yang masih berusia sekitar lima hingga tujuh tahunan. Mereka berdua menari di dalam bus dengan iringan lagu “satu jam saja” walah, demam dangdut pula ya.   

Bus pun berlalu dan berganti pula pengamen dan penjual serta penumpang. Serta akhirnya, aku pun turun di terminal ST Hall. Pada saat melintas di kebon jati, aku melihat beberapa kuliner yang menurutku, unik. Niatan hati pada saat itu mau turun, tetapi takut “nyasar” jadinya tidak. Eh, ternyata area tersebut lumayan berjarak 300 meter dari terminal. Otomatis, begitu turun aku pun mencoba berjalan disertai gerimis mengundah ke lokasi yang membuatku “ngences” ingin mencoba makanan yang ada disitu.

Not bad, begitu pikirku saat melihat lokasi tempatnya yang nyaman. Harganya juga masih terjangkau cukup murah. Menu yang disediakan hanya berupa mie. Karena nama restaurantnya dan patung-patung yang terpajang sesuai dengan namanya mie gajah. Pilihannya beragam, jadinya aku mencoba salah satu yang menurutku menggelitik keingintahuanku. Apalagi rasa lapar juga sudah menyertaiku seperjalanan ke terminal ST Hall.

Setelah puas makan, pengen mencoba dessert ice cream durian yang lokasinya berjarak 100 meter dari mie gajah restaurant. Ya aku bertandang kesana, harganya juga masih masuk akal. Coba deh. Aku tidak mau merekomendasikan tempat makan, karena selera orang berbeda. Kalau aku bilang tidak enak, menurut kamu enak, aku bilang enak menurutmu tidak. Jadi lebih baik, aku dan kamu berbeda selera hahaha. Tetapi tidak perlu kuatir, banyak  banget makanan dan restaurant yang ada di Bandung.

Tidak perlu takut kelaparan, lantaran tidak makan. Tapi beda cerita kalau tidak ada duit (ups, budged sedikit bukan berarti kita harus puasa) Banyak makanan angkirngan yang harga murah hingga mahal. Serta harga murah di kedai juga banyak. Asal jangan lupa nanya dulu harga makanan sebelum membeli, biar pada saat bayar tidak merasa “dirugikan” oleh penjual.

Setelah kenyang, berjalanan kaki pulang ke homestay, sambil pulang mengambil beberapa pictures perjalanan ke homestay sapa tahu ada yang nanya bisa dijelaskan melalui foto. Karena sumpah dah, lumayan masuk ke dalam pelosok. Berbeda dengan penginapan pertamaku yang dipinggir jalan dan aksesnya sangat mudah ditemukan. Mandi dan nonton serial film yang sudah terlanjur diikutin. Terus ZzzzZZzzz untuk mempersiapkan energy yang lebih kuat lagi untuk keesokan harinya. Sebelumnya sudah pesan ke karyawan homestay untuk mengantar makanan sekitar jam 06.30 WIB. (Tamat)


Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 2
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 2 ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP

0 comments:

Posting Komentar

Thanks to leave good and polite comments here

 

The words is WORLD Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang