Minggu, 06 Maret 2016

Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 1

Liburan ke Bandung


#2nd Days at Bandung Part 1


Seharusnya berdasarkan perencanaan semula, aku harusnya menikmatin pelesiran Bandung Utara tetapi diganti ke Bandung Selatan saja. Berdasarkan informasi, Bandung Selatan selain Kawah Putih, Situ Patengan, Ranca Upas, Kebun Strawberry, Situ Cileunca dan masih banyak lagi. Pengen tahu lebih lanjut mengenai wisata tersebut? Nanti saja ya. Karena hari kedua aku hanya menikmatin wisata di Kawah Putih saja.


Lagi-lagi salah naik angkot, aku naik angkot Cibaduyut Karang Setar Kappa, saya turun di cilandak jalan Otista. Nunggu angkot yang bertuliskan Luewi Panjang. Akhirnya angkot tersebut pun ada penampakan. Naik deh, naik angkot, nunggu angkot benar-benar melatih kesabaranku. Akhirnya Terminal Luewi Panjang pun terjadi penampakan, bayar angkot dikenakan 5000.

Kesabaran benar-benar diuji disini, masuk ke terminal karena angkot tidak masuk terminal. Untuk masuk terminal tinggal nyebrang dan jalan dikit deh. Oh ya, angkot ke Kawah Putih, ups maksudku ke Ciwidey itu mangkalnya di dekat pintu keluar. Plus, bentuk angkotnya warna putih atau warna lain, masyarakat setempat menyebutnya Elf L300.

Perjalanan dari Terminal Luewi Panjang ke Ciwidey atau orang setempat menyebutnya C……... (apa ya, ko jadi lupa gini). Perjalanannya kurang lebih 40 menit dari terminal ke terminal satu.

Tidak rugi lho, meskipun jauh penat panas sumpek karena angkot baru berjalan setelah angkot penuh alias duduknya mesti berdesakan. Ya, wajar saja jika pak supir harus menunggu penumpang lain sehingga penuh. Selain perjalanannya itu sangat panjang, juga jarang ada penumpang yang naik dari satu titik ke titik lain. Plus angkot ini memang jarang banget lewat secara bersamaan.

Dikarenakan aku belum pernah ke Kawah Putih seumur hidupku, membayangkan perjalanan yang super panjang dengan berbagai “bau-bau-an” yang semerbak harum mempesona. Untungnya, karena perasaan senang akan bertandang ke tempat wisata yang tersohor itu membuat perjalananku tidak terlalu bermasalah.

 Apalagi, aku mendapat tempat duduk didekat jendela. Jadi semerbak wangi yang tiada tara itu tidak terlalu menganggu perjalananku. Sungguh elok dan tenang, pikiran melayang-layang membayangkan pemandangan apa yang menantiku di sana. Tidak terasa sudah dua puluh menit berlalu dan perjalanan tersebut untuk mencapai terminal Ciwidey, saat melewati Jalan Raya Ketapang. Pemandangan yang terlihat dari sisi kanan, posisi tempat dudukku boooo, terlihat pemandangan gunung yang menjulang tinggi. Sungguh indah nian, meskipun jika dibandingkan dengan pemandangan favoriteku masih kalah.
Karena aku adalah pencinta laut, meskipun aku bukanlah putri duyung yang bisa berenang. Namun sensasi yang kudapat luar biasa. Bila dibandingkan pemandangan laut dan gunung, tentu saja berbeda dan semuanya bisa dikatakan sangat luar biasa indah dengan pesona dan ketertarikan serta keunikan yang berbeda.

Tuhan sungguh pencipta seniman yang luar biasa. AKU JATUH CINTA pada pandangan pertama dengan pemandangan gunung yang malu-malu menampakan dirinya saat kendaraan melewatinya. Alias, pemandangan gunung tertutup bangunan gedung atau perumahan.

Walaupun demikian, semuanya terbayarkan. Rasa lelah di dalam kendaraan yang berlalu tidak terlalu cepat. LUNAS dengan pemandangan yang indah tiada tara, lukisan yang terkenal pun kalah. Sungguh pesona mata yang menawan hati. Udaranya pun mulai terasa sejuk meskipun tidak sampai menggigit tulangku hingga menggigil. Udara yang dulu dingin tiada tara, kini tidak bisa dikatakan dingin seperti dipuncak gunung evart. Tetapi lumayan untuk mengusir rasa panas yang ada.

Pada saat mobil elf ini menanjak ke daerah pergunungan, langit tidak terlihat senang dengan kedatanganku saat ini. Dia mendung dan berduka karena kabar burung yang membuatnya patah hati. Sepanjang jalan, mulut eh hati berkomat-kamit tapi bukan mbah dukun lho melainkan berharap agar hujan tidak turun.

Sekali-kali tanganku, aku keluarkan untuk merasakan sensasi dingin yang menggodaku untuk sekian kali berharap agar hujan jangan mendengarkan kabar angin yang membuatnya menangis tersedu-sedu. Rupanya, sepuluh menit lebih neh hati berkomat-kamit tidak didengar. Langit kian menggila hitamnya, membuatku kian merinding, takut perjalananku akan sia-sia untuk mencapai kawah putih yang tiada bandingnya itu.

Aku mencoba sekuat tenaga berpikir bagaimana caranya agar aku tetap bisa menikmatin sensasi gelora panasnya hawa balerang yang menyengat dihidung saat menghirupnya di kawah putih. Aku putuskan apapun yang terjadi, aku harus tetap memperjuangkan “hak” ku yang sudah terlanjur datang jauh-jauh untuk menikmatin sensasi ini.

Akhirnya, secara perlahan namun pasti, mobil elf pun melaju menuju terminal. Di sini seharusnya aku naik angkot yang berwarna kuning untuk membawaku ke kawah putih. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan kondisi yang tidak memungkinkan aku untuk mendapatkan harga murah dari angkutan kota. Dipastikan ngetemnya pasti lama, sedangkan langit pun benar-benar bergelora dengan kegelapan yang menyelimuti bumi di kawasan Ciwidey.

Ya sudah lah, begitu turun, langsung diserbu beberapa bapak-bapak tukang ojek untuk menawarkan kesana. Dengan pasti aku menanyakan harga dan tawar-menawar, sepakat harga Rp50.000 pulang pergi. Karena diawal dia minta Rp30,000 untuk sekali jalan. Sungguh senangnya hati, motor pun segera meninggalkan terminal, sedangkan disudut terminal ada sebuah angkot Ciwidey-Situ patenggang nangkring dan baru ada dua-tiga penumpang saja.

Selama perjalanan yang berliku dan berkelok, rintikan angin yang menyapu kepedihan langit pun terasa di kulit wajahku yang mendapatkan tetesan embun yang terbawa angin. Tidak hanya itu, tangisan itu mulai terlihat sendu-sendu, tetesan air hujan pun mulai membasahi Ciwidey yang dingin kian dingin. Apalagi duduk dibelakang motor tanpa helm, dengan perjalanan menanjak dan berkelok membuat sensasi yang luar biasa, seakan berada dalam aera balapan sepeda motor GP, seru.

Semakin seru dengan deburan hati yang berharap “JANGAN HUJAN DONK, PLEASE….” Tapi seruan dan harapanku hanya sebatas harapan saja. Gerimis mengundang pun turut mewarnai perjalananku dengan pak ojek. Akhirnya, tulisan berwarna merah mulai Nampak di mata yang kian menatap asa karena beneran tuh tetesan semakin besar walaupun tidak banyak. “KAWAH PUTIH” dengan huruf capital semua, membuatku bernafas lega. Negosiasi dengan pak ojek pun berakhir gagal. Pasalnya, dia maunya sekali jalan.

Padahal sudah sepakat untuk pulang pergi, ya sudahlah. Setidaknya aku merasa senang hati, lantaran kakiku sudah berada di kawasan yang telah kunantikan sepanjang perjalanan dari Luewi Panjang ke Ciwidey. Tidak ada salahnya berbagi dan itu pun sesuai dengan perjalanan yang sukar.

Jam menunjukan pukul 11.00 WIB, saat aku berada di puncak eh diatas Kawah Putih. Meskipun langit tidak bersahabat tetapi dewi keberuntungan masih berada di pihak ku. Aku tidak perlu menanti lama untuk membayar tiket masuk seharga Rp32.000 dan menunggu ontang-anting berjalan. Sungguh harapan yang menyenangkan hati.

Tidak perlu cemas akan langit yang tumpah ruah menangis nantinya. Aku sudah siap berbasah-basahan berada di wilayah ini. Wilayah pemandangan yang menjadi daya tarik wisatawan asing untuk melirik keindahannya. Masa aku kalah sama mereka yang sudah menikmatin sensasi ini. Tidak mau donk, aku kan warga Negara Indonesia, seharusnya aku duluan yang menikmatin sensasi pemandangan dari video klip Ungu kata orang-orang begitu.Tapi aku tidak tahu video klip yang mana, maklum kagak ngefans tuh hahaha tapi beberapa lagunya she suka didengarin tapi tidak pernah lihat videonya. Just love to hear wonderful song eh lyric only.

Begitu turun dari ontang-anting yang berlalu bersama rintikan hujan dan sensasi unik dari angin yang mengelitik, serta pemandangan hijau dari hamparan pohon yang tersusun rapi. Sungguh apik dan menenangkan jiwa yang bergelora. Mematikan kepahitan hidup, menelan kesedihan dan menghapuskan galau yang menyayat hati. Semua gambaran akan kekacauan hidup itu hilang tanpa jejak.

Semuanya yang ada hanya rasa syukur bahwa mataku terpesona akan keindahan pemandangan yang aku lihat . Sambutan “hangat” penyewa payung pun berdatangan, mengatakan menggunakan jasa payung pakai sepuasnya hanya dengan membayar sepuluh ribu saja. Tetapi tawaran itu pun aku tolak!! Tolak dengan baik-baik. Melihat sekeliling, ramai orang berfoto di bawah tulisan kedua KAWAH PUTIH masih dengan huruf capital yang besar. Mereka Nampak mengabadikan kebahagiaannya telah menginjakan kakinya disini.

Sayangnya, aku tidak narsis dibawah tulisan tersebut. Karena bakalan susah bo foto sendiri di tulisan itu hahaha. Ya cukup sekedarnya memfoto kegembiraan mereka dengan kamera ponsel seadanya. Lalu, melanjutkan tujuan semula. Menikmatin pemandangan kawah. (bersambung)


Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 1
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 1 ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP

0 comments:

Posting Komentar

Thanks to leave good and polite comments here

 

The words is WORLD Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang