Jumat, 11 Maret 2016

Cerpen: Rea dan Cinta Emak

Cerpen: Rea dan Cinta Emak

Seharusnya ini belum masuk penghujan tetapi langit menumpahkan semua isinya, derasnya hujan dan gemuruh petir yang menyambar membuat suasana siang itu terkesan menyeramkan. Rea sedang berdiri menatap nanar langit gelap di siang hari, mengutuk diri karena tidak membawa payung. Padahal perutnya sudah lapar dari tadi, pagi tadi dia terlambat bangun dan tidak sempat sarapan. Sialnya lagi, dia tidak membawa dompetnya dan kini hujan tidak berhenti sejak satu jam yang lalu. Sekolah sudah mulai sepi, satu per satu temannya sudah pulang dijemput supir mereka.


Rea mengumpat dalam hati kalau saja aku adalah anak orang kaya, tentunya tidak akan bernasib sial seperti ini. Dari kejahuan Rea melihat payung merah berbunga-bunga berjalan ke arah gerbang sekolah. Rea mengucek matanya untuk memastikan siapakah gerangan yang datang ke sekolahnya jam segini? Itu adalah…..

“Rea, ayo pulang,” ujar wanita dibawah payung merah bermotif bunga.

“Emak,” seru Rea terkejut. Ia pun segera cepat-cepat menghampiri emak dan ikut berlindung dibawah payung dan berjalan perlahan-lahan dibawah guyuran hujan yang semakin lama semakin deras.

Berkali-kali Rea mencoba lebih mendekatkan diri ke emak agar badannya tidak basah. Sedangkan tangan emak bergetar memegang payung untuk melindungin dirinya dan Rea. Emak melihat Rea mencoba menghindarin jipratan air hujan yang menyebabkan baju seragamnya basah. Emak melihat itu dan mengarahkan payung ke arah Rea untuk melindunginnya dari basah dan dinginnya air hujan.

Sesampai di rumah, Rea baru menyadari bahwa badan emak basah setengah. Karena emak lebih mementingkan dirinya. Dibawah payung merah itu, Rea tidak pernah memperhatikan emak dengan seksama. Rea hanya merasa malu dan ingin segera sampai di rumah. Rea hanyalah anak buruh cuci baju keliling rumah. Sedangkan teman Rea dari keluarga berada. Rea malu memiliki emak yang sudah tua dan tidak bisa membaca lagi. Sejak dulu, Rea tidak pernah mau mengakuin emak itu adalah emaknya.

***

Akibat kehujanan semalam, emak mulai mengigil. Emak demam! Rea mengetahui itu, tetapi ia pura-pura tidak menyadarinya. Seperti biasa, emak menyiapkan sarapan pagi untuk Rea, walaupun hanya nasi panas dan lauk seadanya. Emak tidak pernah lupa menyiapkan sarapan untuk Rea. Emak ingin Rea merasa kenyang sebelum berangkat ke sekolah, walaupun makan seadanya.

Dikarenakan emak sedang tidak enak badan, emak memasak seperti biasanya tetapi tidak pergi mencari cucian pakaian di rumah-rumah tetangga. Rea pun berangkat ke sekolah seperti biasanya. Pamit pada emak dan buru-buru pergi ke sekolah. Pulang dari sekolah, Rea mendapatin emak sedang tertidur di kamar pengapnya. Rea benar-benar membenci keadaan hidupnya yang terlampau miskin ini.

Emak hidup sendiri, tidak ada sanak keluarga, bapak telah lama meninggal. Saat itu, Rea masih berumur lima tahun. Bapak meninggal karena tabrak lari, sampai sekarang tidak ada yang tahu siapa yang menabrak bapak. Kala itu, langit gelap dengan hujan deras. Tubuh tak bernyawa bapak didapatin di pagi hari, tergeletak kaku dan tak bernyawa. Tidak diketahui kapan waktu kematiannya. Untuk menghidupin keluarganya, yakni emak dan Rea. Emak berusaha bekerja tetapi perempuan yang tidak bisa membaca itu mau bekerja sebagai apa! Akhirnya hanya bisa menjadi buruh cucian dengan bayaran yang tak seberapa.

Rea ingat tidak pernah sekalipun ia merasa kelaparan hingga sekarang. Emak selalu menyediakan makanan untuknya, walaupun makanan itu seadanya. Sekali-kali emak membelikan ikan ataupun ayam sebagai lauk untuk makan. Rea tidak pernah sekalipun melihat emak mengambil lauk enak itu, emak hanya makan sayuran dan nasi saja. Bahkan kadang hanya makan nasi dengan garam. Sedangkan Rea, sedikit pun tidak pernah memakan nasi dan garam saja. Walaupun hanya dengan irisan kecil tahu dan tempe, Rea selalu mendapatkan lauk pauk.

Rea masih berdiri di depan pintu kamar emak, entah sejak kapan Rea tidak menyukai emak dan membenci emak. Meskipun tidak ditunjukan secara langsung. Rea hanya tidak menyukai kehidupan miskinnya. Rea pernah berandai-andai, andai emak bisa membaca dan menulis, mungkin kehidupan Rea lebih baik lagi. Tidak sebagai anak buruh cuci baju.

Emak terbatuk dan terbangun. Emak melihat Rea berdiri mematung memandanginnya tidur.

“Sudah pulang nak” sapa emak yang mencoba untuk duduk dari dipan yang sudah mulai mengeras kapuknya karena sudah tua dimakan usia.

“Iya,” jawabnya singkat.

“Sana makan, tadi emak masak sup. Karena hari ini emak ingin makan yang berkuah dan hangat-hangat,” ucap perempuan itu sambil mencoba merapikan rambut panjangnya yang sudah banyak ditumbuhin uban.

Rea mencoba tersenyum dan berbalik arah ke ruang makan. Ruang makan yang tergabung dengan dapur. Kursi kayu tua dan sudah mulai bergoyang miring jika didudukin, meja yang sudah tidak layak pakai. Diatasnya tersedia bakul nasi dan sup yang ditutupin dengan peralatan seadanya. Rea duduk dan menyantap makan siangnya dalam diam, saat emak datang dan membuatkannya teh hangat.

Karena di luar sudah mulai turun hujan lagi. Tanpa sengaja Rea menyenggol tangan emak dan Rea merasakan tangan emak sangat panas. Bearti emak masih demam dan demamnya makin tinggi. Namun, Rea berpura-pura tidak mengetahuinya.

***

 Seperti biasa Rea pulang ke rumah, tetapi kali ini suasana terasa berbeda. Tidak ada emak, padahal Rea selalu pulang jam 3 dari sekolahnya. Karena sekarang Rea sudah duduk di kelas 9. Di dapur tidak ada makanan apapun dan panci tergeletak jatuh dari kompor minyak yang sudah jauh tertinggal model.

“Rea,” teriak bu Marni, tetangga sebelah rumah Rea.

Rea segera keluar.

“Emakmu masuk rumah sakit, tadi pagi pingsan. Kami bawa ke rumah sakit,” ujarnya tanpa menunggu sapaan Rea.

Rea terkejut. Emak masuk rumahsakit. Padahal emak paling anti membeli obat-obatan sejak Rea kecil. Tetapi kalau Rea yang sakit, emak paling sibuk mencari obat yang terbaik untuk Rea sesuai dengan kemampuan keuangannya.

Tanpa mengganti baju seragamnya, Rea pun segera pergi menuju rumahsakit. Disana, emak terbaring lemah dan diinfus. Rea tidak kuatir dengan biaya rumahsakit. Karena keluarganya mendapatkan surat sakti dari pemerintah untuk mendapatkan pengobatan bagi warga tidak mampu.

Emak melihat Rea yang masih berdiri terpaku di depan pintu ruang kamar tempat emak berada. “Rea, maaf emak tidak sempat memasak untuk Rea. Emak jatuh sakit,” ujarnya saat melihat Rea disana.

Rea tidak bisa berkata-kata, dia melihat emak berada di sana, lemah dan masih juga memikirkan perut Rea yang sedang lapar. Rea langsung berlari ke dipan emak dan memeluknya erat, erat sekali untuk pertama kalinya di dalam kehidupan Rea. Tak sekalipun Rea pernah memeluk emak sehangat ini. Tiba-tiba Rea takut kehilangan emak yang satu-satunya harta berharga untuk Rea. Cinta emak begitu besar, sedangkan cinta Rea untuk emak tidak ada. Kalau tidak ada emak, tentu Rea tidak bisa bersekolah dan makan kenyang.

Rea ingat satu per satu bayangan masa kecilnya, emak memilih untuk tidak makan agar Rea bisa makan enak. Emak memilih untuk tidak membeli baju baru agar Rea bisa memiliki perlengkapan sekolah dan seragam. Emak bekerja keras untuk Rea dan tak sekalipun emak meminta bantuan Rea untuk membantunya mencuci baju maupun memasak nasi. Emak hanya meminta Rea untuk belajar dan belajar. Kini Rea menyadari bahwa emak sangat mencintainya dan menggapnya putri yang berharga dimatanya, walaupun emak tidak pernah mengatakan sayang, tetapi tindakannya membuktikan cinta emak pada Rea. Meskipun Rea tidak membalas cinta emak padanya.

Rea ingin berubah dan tidak mengutukin kesialannya memiliki emak yang tidak bisa membaca dan menulis. Rea ingin mencintai emak sama besarnya seperti emak mencintai Rea. Rea berjanji dalam hati, saat kelulusan nanti dan Rea menjadi juara kelas lagi. Rea tidak akan malu memperkenalkan emak sebagai pahlawan hidupnya yang selama ini selalu disembuyikan identitas emak pada teman-teman disekolahnya.

Ditulis Oleh: Arndt SP






Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Cerpen: Rea dan Cinta Emak
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Cerpen: Rea dan Cinta Emak ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP

0 comments:

Posting Komentar

Thanks to leave good and polite comments here

 

The words is WORLD Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang